Tuesday, February 12, 2013

#Fiksi: Andai Rojak Anak Menteri



Pagi itu, Matahari masih malu-malu untuk pergi menyinari Bumi. Tapi Rojak sudah bersiap untuk pergi bekerja. Handuk putih dileher, kaos oblong, dan celana coklat 3/4, adalah ‘pakaian dinas’ Rojak sebagai supir angkot jurusan Kampung Tabung-Rawa Segitiga. 

Sudah 25 tahun lebih, Rojak menjalani profesinya, kemacetan kota sudah menjadi makanan sehari-hari. Sebagai lulusan SMP, memang tidak ada pekerjaan lain yang pas untuk Rojak. “Sarjana saja susah cari kerja, apalagi yang cuma lulusan SMP.” Keluh Rojak dalam hati. Namun Rojak tetap bersyukur, karena dia masih bisa menghidupi istri dan dua orang anaknya yang masih bersekolah dasar.

“Pergi dulu ya bu,” ucap Rojak kepada istrinya.

“Hati-hati bang, jangan macam-macam, ingat selalu sama Allah,” ucap istrinya dengan perasaan khawatir. Maklum saja, belakangan ini marak kasus kejahatan yang terjadi di angkutan umum. Istri Rojak khawatir, kalau-kalau suaminya menjadi korban fitnah bekerjasama dengan para penjahat yang kerap beraksi.

“Iya bu, Insyaallah aman-aman saja. Percayakan semua kepada Allah,” ujar Rojak dengan nada menenangkan.

Sembari menyeruput kopi yang masih tersisa, Rojak pamit dengan bekal cium tangan sang istri.

***
Jam sudah menunjukan waktu makan siang. Seperti biasa, Rojak beristirahat di warung makan yang terletak di samping Terminal Persegi. Bersama para supir angkot lain, Rojak asyik menyantap nasi, sayur asem, ikan asin, tempe, dan sambal yang menjadi menu favoritnya. Sambil makan, mata Rojak dan kawan-kawan sopir angkot lainnya menatap ke arah televisi butut kepunyaan Pak Parjo, si pemilik warung makan. 

“Pemirsa, anak Menteri Peternakan Bebek berinisial AR yang lalai saat mengemudikan mobilnya sehingga menyebabkan dua nyawa melayang, ternyata tidak ditahan pihak kepolisian. Pihak Kepolisian beralasan, sudah ada jaminan dari keluarga bahwa AR tidak akan kabur. Selain itu, AR diduga mengalami trauma psikologis atas kejadian yang menimpanya tersebut.” Ujar pembawa acara berita di televisi itu.

“Enaknyaaaa, jadi anak menteri,” kata Pulung, teman Rojak. Ucapan Pulung langsung disambut oleh riuh ramai supir lain yang juga menyaksikan berita tersebut.

Rojak sendiri seusai makan dan ikut ngobrol soal berita tersebut, segera pergi ke Musholla untuk menunaikan shalat zuhur. Empat rakaat dia tunaikan, tangan Rojak memanjatkan doa kepada Sang Maha Pemberi Rezeki, agar dirinya selalu dalam lindungan dan mampu menafkahi keluarganya.

Seusai berdoa, Rojak kembali ke rutinitasnya. Menarik angkot.

***
Di Pertigaan Rawa Segitiga, seorang penumpang wanita menaiki angkot Rojak. Di dalam angkot, penumpang yang tinggal seorang itu terus melihat ke arah luar, seperti orang sedang tersesat. Karena penasaran, Rojak pun akhirnya memutuskan bertanya.

“Mau kemana mba?” tanya Rojak.

“Saya mau ke Kampung Kubik bang,” jawab si wanita dengan keadaan cemas.

“Wah salah naik angkot kalau gitu mba.” Balas Rojak.

Merasa kasihan, Rojak pun memutuskan untuk mengantar si wanita itu untuk kembali ke terminal agar si wanita bisa menaiki angkot yang benar. Agar lebih cepat, Rojak memutuskan mengambil jalan pintas.

***
“Assalamualaikum , buuuu.” Terdengar Tuti dan Tono, dua anak Rojak baru saja pulang sehabis bermain di rumah tetangganya.

“Walaikumsalam, aduuh lama sekali mainnya, kan sudah jam tiga, harusnya sudah siap-siap untuk makan dan pergi mengaji. Ayo, langsung mandi sana.” Kata istri Rojak.

“Baik bu,” jawab Tuti dan Tono kompak.

Sembari menunggu anaknya selesai mandi, istri Rojak menyetel televisi 14 inc butut, persis seperti kepunyaan Pak Parjo,  untuk melihat berita terkini.
***
Air mata mengucur di pipi istri Rojak diiringi dengan perasaan tidak percaya melihat berita di televisi. Anak-anaknya yang baru saja selesai mandi dan bersiap pergi mengaju dirangkulnya. Dengan pasrah istri Rojak berucap.

“Ya Allah, kenapa Pak, apa ini benar?” ucap istri Rojak lirih.

Televisi memberitakan seorang penumpang tewas setelah melompat keluar dari angkutan kota yang dinaikinya. Penumpang yang berinisial DA itu melompat, karena takut dirinya menjadi korban pemerkosaan oleh si sopir. Dari penuturuan  sopir angkot yang beinisial R-J-K, dirinya sebenarnya ingin mengantarkan sang penumpang ke terminal, agar menaiki angkot yang benar. Namun ditengah jalan, penumpang itu tiba-tiba melompat keluar. Karena melihat penumpangnya terluka. R-J-K berhenti lalu membawa penumpang itu kerumah sakit. Namun sayang, setelah beberapa jam dirawat, penumpang itupun tewas.
Kini R-J-K mendekam di sel tahanan Polisi demi perkembangan penyidikan. Jika terbukti bersalah, R-J-K diancam hukuman penjara selama enam tahun.

***

Andai Rojak anak menteri,
tentu dia tidak akan menjadi supir angkot
Andai Rojak anak menteri,
bisa saja dia tidak di tahan dan tetap bebas.
Ah….…
Malang nian nasibmu Rojak
Dimana sang Themis berada?