Pagi itu, Matahari
masih malu-malu untuk pergi menyinari Bumi. Tapi Rojak sudah bersiap untuk
pergi bekerja. Handuk putih dileher, kaos oblong, dan celana coklat 3/4, adalah
‘pakaian dinas’ Rojak sebagai supir angkot jurusan Kampung Tabung-Rawa Segitiga.
Sudah 25 tahun
lebih, Rojak menjalani profesinya, kemacetan kota sudah menjadi makanan
sehari-hari. Sebagai lulusan SMP, memang tidak ada pekerjaan lain yang pas
untuk Rojak. “Sarjana saja susah cari kerja, apalagi yang cuma lulusan SMP.”
Keluh Rojak dalam hati. Namun Rojak tetap bersyukur, karena dia masih bisa
menghidupi istri dan dua orang anaknya yang masih bersekolah dasar.
“Pergi dulu ya
bu,” ucap Rojak kepada istrinya.
“Hati-hati bang,
jangan macam-macam, ingat selalu sama Allah,” ucap istrinya dengan perasaan
khawatir. Maklum saja, belakangan ini marak kasus kejahatan yang terjadi di
angkutan umum. Istri Rojak khawatir, kalau-kalau suaminya menjadi korban fitnah
bekerjasama dengan para penjahat yang kerap beraksi.
“Iya bu,
Insyaallah aman-aman saja. Percayakan semua kepada Allah,” ujar Rojak dengan
nada menenangkan.
Sembari
menyeruput kopi yang masih tersisa, Rojak pamit dengan bekal cium tangan sang
istri.
***
Jam sudah
menunjukan waktu makan siang. Seperti biasa, Rojak beristirahat di warung makan
yang terletak di samping Terminal Persegi. Bersama para supir angkot lain, Rojak
asyik menyantap nasi, sayur asem, ikan asin, tempe, dan sambal yang menjadi
menu favoritnya. Sambil makan, mata Rojak dan kawan-kawan sopir angkot lainnya
menatap ke arah televisi butut kepunyaan Pak Parjo, si pemilik warung makan.
“Pemirsa, anak
Menteri Peternakan Bebek berinisial AR yang lalai saat mengemudikan mobilnya
sehingga menyebabkan dua nyawa melayang, ternyata tidak ditahan pihak kepolisian.
Pihak Kepolisian beralasan, sudah ada jaminan dari keluarga bahwa AR tidak akan
kabur. Selain itu, AR diduga mengalami trauma psikologis atas kejadian yang
menimpanya tersebut.” Ujar pembawa acara berita di televisi itu.
“Enaknyaaaa,
jadi anak menteri,” kata Pulung, teman Rojak. Ucapan Pulung langsung disambut
oleh riuh ramai supir lain yang juga menyaksikan berita tersebut.
Rojak sendiri
seusai makan dan ikut ngobrol soal berita tersebut, segera pergi ke Musholla
untuk menunaikan shalat zuhur. Empat rakaat dia tunaikan, tangan Rojak
memanjatkan doa kepada Sang Maha Pemberi Rezeki, agar dirinya selalu dalam
lindungan dan mampu menafkahi keluarganya.
Seusai berdoa, Rojak
kembali ke rutinitasnya. Menarik angkot.
***
Di Pertigaan
Rawa Segitiga, seorang penumpang wanita menaiki angkot Rojak. Di dalam angkot,
penumpang yang tinggal seorang itu terus melihat ke arah luar, seperti orang
sedang tersesat. Karena penasaran, Rojak pun akhirnya memutuskan bertanya.
“Mau kemana
mba?” tanya Rojak.
“Saya mau ke Kampung
Kubik bang,” jawab si wanita dengan keadaan cemas.
“Wah salah naik
angkot kalau gitu mba.” Balas Rojak.
Merasa kasihan, Rojak
pun memutuskan untuk mengantar si wanita itu untuk kembali ke terminal agar si
wanita bisa menaiki angkot yang benar. Agar lebih cepat, Rojak memutuskan
mengambil jalan pintas.
***
“Assalamualaikum
, buuuu.” Terdengar Tuti dan Tono, dua anak Rojak baru saja pulang sehabis
bermain di rumah tetangganya.
“Walaikumsalam,
aduuh lama sekali mainnya, kan sudah jam tiga, harusnya sudah siap-siap untuk
makan dan pergi mengaji. Ayo, langsung mandi sana.” Kata istri Rojak.
“Baik bu,” jawab
Tuti dan Tono kompak.
Sembari menunggu
anaknya selesai mandi, istri Rojak menyetel televisi 14 inc butut, persis
seperti kepunyaan Pak Parjo, untuk melihat
berita terkini.
***
Air mata
mengucur di pipi istri Rojak diiringi dengan perasaan tidak percaya melihat
berita di televisi. Anak-anaknya yang baru saja selesai mandi dan bersiap pergi
mengaju dirangkulnya. Dengan pasrah istri Rojak berucap.
“Ya Allah,
kenapa Pak, apa ini benar?” ucap istri Rojak lirih.
Televisi
memberitakan seorang penumpang tewas setelah melompat keluar dari angkutan kota
yang dinaikinya. Penumpang yang berinisial DA itu melompat, karena takut
dirinya menjadi korban pemerkosaan oleh si sopir. Dari penuturuan sopir angkot yang beinisial R-J-K, dirinya
sebenarnya ingin mengantarkan sang penumpang ke terminal, agar menaiki angkot
yang benar. Namun ditengah jalan, penumpang itu tiba-tiba melompat keluar. Karena
melihat penumpangnya terluka. R-J-K berhenti lalu membawa penumpang itu kerumah
sakit. Namun sayang, setelah beberapa jam dirawat, penumpang itupun tewas.
Kini R-J-K
mendekam di sel tahanan Polisi demi perkembangan penyidikan. Jika terbukti
bersalah, R-J-K diancam hukuman penjara selama enam tahun.
***
Andai Rojak anak menteri,
tentu dia tidak akan menjadi supir angkot
Andai Rojak anak menteri,
bisa saja dia tidak di tahan dan tetap
bebas.
Ah….…
Malang nian nasibmu Rojak
Dimana sang Themis berada?