Tuesday, February 15, 2011
Penaopini
Membangun Timnas di Masa Depan
oleh:luthfie F
Seperti benang kusut yang seakan-akan tidak pernah terurai, permasalahan sepakbola di Indonesia dari hari ke hari semakin rumit. Beberapa hari yang lalu, timnas kita kedatangan tamu besar timnas Uruguay untuk bertanding sepak bola, hasilnya tentu kita semua sudah tau. Timnas kita dicukur habis 7-1 oleh Uruguay. Memang, secara peringkat timnas kita kalah jauh dibanding Uruguay. Namun, sebenarnya apa yang salah dari pembangunan sepakbola kita? Bukankah dulu kita bisa mengimbangi Uruguay bahkan Brasil sekalipun.
Beberapa upaya telah dilakukan oleh PSSI sebagai badan otoritas tertinggi yang menaungi sepak bola di negeri kita. Mulai dari pengiriman timnas ke luar negeri, mendatangkan pelatih asing untuk menangani timnas, dan melakukan serangkaian pertandingan uji coba berskala internasional. Namun, alih-alih mendatangkan prestasi, Timnas kita justru seakan-akan jalan di tempat. Keadaan ini menimbulkan frustasi di kalangan masyarakat Indonesia dan mereka mulai kehilangan kepercayaan terhadap PSSI untuk membangun timnas. Sebenarnya jika di telisik lebih dalam, ada satu hal yang mungkin menjadi penyebab mandek nya persepakbolaan di negeri kita.
Penyebab tersebut menurut saya adalah pembangunan usia dini yang belum maksimal. Membangun timnas sepak bola yang bagus dan kompetitif, tidak bisa dilakukan secara instan. Harus ada upaya yang berkelanjutan agar tujuan tersebut dapat tercapai. Selain itu, perlu adanya sistem kompetisi yang tertata untuk usia dini. Saat ini, anak-anak Indonesia seakan-akan bermain sepakbola seperti tanpa wadah. Kalaupun ada, itu tidak ditunjang dengan prasarana yang mendukung seperti lapangan sepak bola yang representatif. Mereka lebih banyak bermain di lapangan yang becek dan tidak rata, bahkan ada yang memanfaatkan lapangan bulutangkis dan jalan beraspal sebagai lapangan sepak bola. Ironisnya, pemerintah justru mematikan bakat-bakat mereka dengan menggusur lapangan sepakbola untuk dijadikan mall atau pusat perkantoran. Kalau sudah begitu, akan kemanakah mereka menyalurkan bakat sepakbolanya.
Maka dari itu, diperlukan kesadaran bersama untuk membangun sepak bola Indonesia sejak dini, saya pikir pemerintah bisa memulainya dengan membuat wadah kompetisi bagi anak-anak di Indonesia, membangun sekolah sepak bola yang berkualitas termasuk membangun infrastruktur yang memadai agar upaya tersebut bisa djalankan dengan maksimal. Tentunya upaya ini memerlukan biaya yang tidak sedikit dan diperlukan pula kesabaran dari masyarakat Indonesia. Selain upaya diatas, hal yang diperlukan selanjutnya adalah pembangunan mental juara bagi anak-anak Indonesia agar kelak jika mereka bertanding, mereka tidak merasa inferior dengan lawan mereka kelak. Menurut saya hal ini lah yang sering diabaikan oleh kita. Kita lebih banyak menekankan pada aspek fisiknya saja daripada aspek mental. Alangkah baiknya jika pembangunan fisik dibarengi dengan pembangunan mental anak-anak Indonesia. Apabila upaya tersebut sudah dijalankan dengan baik, Insyaallah kita akan mendapatkan timnas sepakbola yang kuat dimasa depan. Amiin!!
tulisan pernah dimuat di harian Sindo
penaopini
Mahasiswa kreatif, solusi pemecahan problem bangsa
Oleh: luthfie febrianto
Setiap perajurit, mempunyai cara mereka sendiri untuk berperang. Begitu lah kalimat yang terlintas di benak saya, ketika ingin menulis artikel ini. Jika dulu para mahasiswa mengambil jalan berdemonstrasi untuk menyalurkan aspirasi masyarakat yang ingin mereka salurkan, mungkin pada zaman sekarang mahasiswa perlu cara baru untuk menjembatani aspirasi rakyat yang mereka salurkan. Karena apa? Jika melihat pada kenyataan sekarang, aspirasi dan tuntutan yang mereka salurkan dengan berdemonstrasi, justru mentah karena lebih banyak tidak didengarkan oleh kaum penguasa. Kaum penguasa lebih asyik memenuhi tuntutan partai-partai yang menjadi kendaraan politik mereka untuk meraih kekuasaan. Untuk itu sekali lagi, diperlukan solusi baru bagi mahasiswa dalam rangka mengurangi beban masyarakat. Mahasiswa harus menciptakan solusi nyata bagi masyarakat yang sudah lelah menuntut hak-hak merka yang tidak didengarkan oleh elit politik.
Kenapa mahasiswa? Jawabannya adalah karena mahasiswa sebagai segelintir golongan yang diberi kesempatan oleh Tuhan mengenyam pendidikan tinggi diantara sekian juta pemuda-pemuda Indonesia yang bernasib malang karena tidak dapat mengenyam bangku pendidikan tinggi. Lagipula, jika menilik kebelakang, kaum pemuda atau mahasiswalah yang menjadi garda depan lahirnya Republik Indonesia. Rakyat Indonesia butuh mahasiswa yang mampu think out of the box dan bermental baja untuk menghadapi kerasnya permasalahan hidup bangsa.
Think out of the box tentu sangat penting bagi mahasiswa dalam peranya sebagai pengabdi masyarakat ditengah patron lulus lalu cari pekerjaan. Mahasiswa sebagai insan yang diberi kesempatan mengenyam pendidikan tinggi, harus mampu berpikir seperti ini di segala bidang yang mereka geluti nanti, tentu saja sekali lagi dengan tidak melupakan hakikat mereka sebagai pengabdi masyarakat. Beberapa hari yang lalu sebuah stasiun televisi menayangkan kisah seorang pemuda yang berwiraswasta di bidang kuliner yang pada akhirnya mampu mempekerjakan puluhan karyawan dan mengurangi pengangguran disekitarnya. Mahasiswa seperti inilah yang sebenarnya diperlukan rakyat Indonesia untuk mengurangi beban hidup mereka yang semakin hari semakin berat. Tentu bukan hanya dengan menjadi wiraswasta, banyak bidang yang potensial untuk digali mahasiswa sebagai cara bagi mereka untuk mengabdi kepada masyarakat. Namun, sekali lagi diperlukan mahasiswa yang mampu think out of the box dalam segala bidang tersebut.
Jika think out of the box sudah dimiliki mahasiswa, mental baja haruslah menemani pemikiran tersebut. Kegigihan merupakan kunci kesuksesan, tanpa kegigihan tak akan pernah ada kesuksesan. Apalagi jika melihat kenyataan, masalah terus saja mendera masyarakat Indonesia yang saya percaya akan menjadi leader of the world nantinya. Mahasiswa harus lah menjadi kaum yang memiliki kegigihan untuk memandu masyarakat Indonesia menjadi leader of the world tersebut.
Tentu saja dalam perjalanannya mahasiswa bertemu dengan masalah-masalah klasik yang menghantui mereka, yakni pengangguran. Jika mereka tidak think out of the box dan bermental baja, bagaimana bisa mereka menjadi pemandu bagi masyarakat Indonesia yang saat ini bingung mencari kail untuk menggantungkan harapan mereka?
Apa guna pendidikan jika itu membuat
Pesertanya terasing ditengah masyarakat
(Sajak Seonggok jagung, W.S Rendra)
penapuisi
Bisu
Kita tidak saling sapa
Hanya saling melempar senyum
Kita tidak saling menebar pesona
Hanya mencoba menjadi yang terbaik
Bagi diri kita masing-masing
Sebab tanpa kita ungkapkan pun
Kita sudah tau apa yang ada
Di dalam hati kita…. Yah
Saling memendam rasa
Terkadang ada sesuatu yang lebih indah
Jika tidak diungkapkan. Yah biarlah
Ini tersirat. Sampai pada saatnya tiba
Hingga aku harus mengungkapkanya kepadamu
Subscribe to:
Posts (Atom)