Tanpa berkaca diri, kadang kita hanya bisa mencaci
Salah salah harusnya begini.
Koar sana koar sini.
Tanya.. tanya... tanya...Kritik-kritik-kritik
lama-lama menjadi
krik..krik...krik
Harusnya begini bukan begitu salahkan sana salahkan sini
(kadang) kita tak lebih dari suara kentut
Kritik sana kritik sini
Yang tertinggal kadang hanya teori
Mari sisakan remah-remah apresiasi
Jangan tujukan puisi ini untuk orang lain, melainkan kepada dirimu sendiri.
Tapi
jangan tutup kuping soal kritik
kuping dicipta untuk mendengar
bukan disumpal. kebal.
tsuka deh yg ini. hahaha
ReplyDelete