Saturday, February 4, 2012

Sedikit berbagi ilmu tentang “Aku dalam sebuah karya Sastra”


Assalamualaikum Wr.Wb

Berawal dari seringnya temen-temen menyangka kalau saya galau (loh emang siapa yang nyangka lo galau pi)terus karena terus buat puisi cinta, saya jadi kepingin nulis artikel ini mudah-mudahan ini bukan dianggap sebuah pembeleaan dari saya yang katanya sering galau, hehehe

Jadi gini temen-temen, dalam sebuah cerita atau karya sastra apapun kata “Aku” yang ada dalam karya tersebut bukan berarti Aku dalam artian si pengarang karya tersebut, tapi juga bisa Aku dalam lakon cerita atau puisi. Kira-kira begitu yang  di bilang Mevrouw Christina (dosen saya di FIB UI) sewaktu kuliah pengkajian teks sastra (kalau saya tidak salah). Singkatnya kita sebagai penikmat sastra tidak boleh langsung berasumsi bahwa “aku” dalam sebuah cerita berarti si pengarang. Memang bisa seperti itu, tapi dalam kasus saya (loh kok jadi pembelaan, hahaha) aku dalam tulisan-tulisan saya, tidak berarti saya sendiri pelakunya, tapi bisa saja aku itu sebagai lambang perasaan yang saya rasakan dari lingkungan dan orang-orang sekitar saya. Misalnya dalam beberapa tulisan, saya terinspirasi oleh teman-teman saya ataupun yang lain. Dalam kutipan ini misalnya

“Dalam hati kita tahu kita terikat”
“Biarlah hanya aku dan kamu yang menjalani”

Dalam salah satu puisi saya (halaah promosi) hahaha, aku disana itu melambangkan perasaan teman saya yang saya coba tuangkan kedalam syair. Mudah-mudahan tulisan ini bukan menjadi semacam pledoi bagi diri saya hehehe. Terkadang galau itu emang asyik, karena bisa jadi galau itu pintu untuk kita introspeksi, untuk kita lebih dekat sama yang Maha Menyembuhkan Hati. Cheers

Wassalamualaikum Wr. Wb

#moga kita dalam lindunganNya selalu.
#mohon dikoreksi jika ada yang salah. :)

No comments:

Post a Comment