Tetiba ingin buat ini ketika lihat artikel pesepak bola muslim di Eropa. Ini beberapa kutipan ucapan mereka yang mungkin bisa menginspirasi.
"Maaf, aku tidak minum alkohol. Aku Muslim," - Yaya Toure saat perayaan juara EPL Manchester City dua musim lalu-
"Manajer selalu tak senang dengan kondisi ini (bulan Ramadan). Tetapi,
aku berkata, 'Dengarkan, aku akan tetap melaksanakannya. Bila performa
bagus, aku akan tetap bermain. Tetapi bila menurun, silakan singkirkan
aku ke bangku cadangan'," -Demba Ba (Chelsea)
Ini yang paling luar biasa menurut saya
"Agamaku adalah hal terpenting dalam hidup ini. Ya, Islam jauh lebih penting dari sepak bola sekalipun," -Demba Ba-
Sumber: duniasoccer
Wednesday, July 10, 2013
Suatu waktu di Jakarta
Malam itu, Jakarta diguyur hujan deras
Hampir semua orang mengeluh
Kulihat
Seorang bocah, duduk di pinggir halte
memegang ukulele yang senarnya dari karet
Tak mengerti pikiran orang lain
Yang ia tahu,
Besok aku harus makan
Soal mengeluh, belakangan saja
Aku seperti mendengarnya berkata
Jangan menangisiku kawan
Sebab aku pun tidak menangisi nasib
Tuhan telah menciptakanku dengan dua tangan
untuk memegang ukulele ini
mencari uang
Dia mengajariku kehidupan
Hampir semua orang mengeluh
Kulihat
Seorang bocah, duduk di pinggir halte
memegang ukulele yang senarnya dari karet
Tak mengerti pikiran orang lain
Yang ia tahu,
Besok aku harus makan
Soal mengeluh, belakangan saja
Aku seperti mendengarnya berkata
Jangan menangisiku kawan
Sebab aku pun tidak menangisi nasib
Tuhan telah menciptakanku dengan dua tangan
untuk memegang ukulele ini
mencari uang
Dia mengajariku kehidupan
Thursday, July 4, 2013
Ajal yang gak akan pernah tertukar
Kejadian ini saya alami kemarin malam. Mungkin, banyak dari kalian mengalami hal yang sama.
Kemarin malam pukul 22.00, saya sudah bersiap untuk pulang dari tempat biasa saya liputan, Gelora Bung Karno. Sebenarnya, saya agak ragu untuk pulang kerumah malam itu karena jarak yang lumayan jauh dan angin yang bisa saja membawa penyakit. Tetapi, saya memutuskan untuk tetap pulang. Motor pun saya nyalakan.
Dijalan, entah kenapa saya merasa Allah sudah memberikan tanda-tanda yang seolah berbicara, sudah jangan pulang saja, nginap di rumah teman saja. Motor-motor yang lewat sembarangan, membuat saya was-was. Tetapi saya bersikeras ingin pulang dan bertekad untuk hati-hati di jalan.
Sampai di daerah Kemanggisan, tanda itu terasa benar. Saya menabrak mobil yang tiba-tiba berhenti mendadak. Saya terjatuh. Namun, Alhamduillah, hanya luka kecil yang saya dapat plus angin semeriwing yang menerobos masuk dari celana saya yang robek :). Mobil yang saya tabrak? entah kabur kemana. Mungkin dia takut, dihakimi orang-orang sekitar yang memang menilai, mobil itu yang salah dan bukan saya.
Setelah dibantu orang-orang sekitar untuk bangun, saya pun melanjutkan perjalanan. 20 menit berjalan, saya tiba di daerah Meruya yang masih macet. Saat itu sekitar pukul 11.00 malam. Saya kesal kenapa masih macet saja. Tiba-tiba, Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Ada seseorang yang juga mengalami kecelakaan. Macet yang saya alami rupanya karena mayat orang itu yang masih tergeletak dijalan dan ditutup koran.
Di sisa perjalanan, saya berpikir namun bukan bermaksud jahat. Entah kenapa saya bersyukur saya bukan orang itu dan saya masih diberi kesempatan untuk meneruskan perjalanan dan menemui orang-orang rumah.
Ya Allah, panggilan pulangMu sungguh tak akan pernah tertukar. Andai saya orang itu. Mungkin orang itu yang akan menulis tulisan ini. Bukan saya.
Monday, July 1, 2013
GM dan kekuatan pikiran
Sebenernya, tulisan ini udah mau gue upload dari lama. Tapi baru sekarang kesempatan itu datang.
Sekitar tiga minggu lalu, waktu gue mau pulang dari Slipi ke Tangerang, seperti biasa, gue menunggu omprengan atau bus di depan Slipi Jaya. Gue yang saat itu cukup berkeringat karena abis jalan dari rumah nenek di belakang Peninsula ke Slipi Jaya, ngeliat mobil omprengan lewat. Teeees, sebuah Gr**d M*X (GM) (tadinya mau ditulis langsung, tapi takut kena UU ITE) lewat dan gue sebetulnya gak mau naek ini mobil sebab angin dari AC ni mobil cuma nyampe kursi depan aja. Apa boleh dikata, karena udah malem, yaudahlah kita mandi sauna aja sampe Tangerang.
Jreg, pintu paling belakang mobil itu pun gue buka, di dalam baru ada enam orang (supir gak diitung) dan gue pun naik. Singkat cerita, roman-roman kaga enak pun dimulai, nih mobil sebenernya udah penuh tapi si sopir asem juga, dia masih aja kekeuh kalo mobilnya masih muat untuk satu orang lagi. Setelah dibujuk calo, si sopir akhirnya jalan. Pintu pun ditutup bersamaan dengan mulainya kami penumpang belakang untuk mandi sauna.
1 menit 10 menit 30 menit, para penumpang khususnya yang duduk dibagian belakang mulai merasakan kegerahan termasuk gue. Wanita karier (tsah) yang duduk berhadap-hadapan dengan gue adalah yang paling mencolok ekspresi kegerahannya. Haha. Dia mulai nyerocos yang,hmm gue pikir sih bisa didengar sama si supir. Tapi yah paling si supir mah bodo. Mau naek sukur, gak yaudah.
Di lain sisi, gue sebetulnya kegerahan juga. Tapi gue inget salah satu nasihat yang gue dapet dari twitter. Kondisi apapun, sedih,senang, marah, itu tergantung kita untuk milih yang mana, kira-kira begitu nasihatnya. Gue coba mempraktekkan itu dengan menstimulasi pikiran gue untuk gak terlalu risau dengan rasa gerah itu. Gue coba cari hiburan dengan menatap si wanita karir ini. Dia dengan kondisi kegerahannya, lumayan menghibur. :p
Dengan pakaian kantor, wajar sih sebenernya kalau dia kegerahan. Cuma ekspresinya itu, haha. Hampir sepanjang tol Jakarta-Tangerang dia ngedumel. Sesekali, dia nelpon pacarnya (dugaan gue sih) untuk minta jemput. Dan entah kenapa, dia juga ngomel-ngomel ke yang ditelpon. Wah kalau seandainya emang pacar, stres juga kali ini cowonya punya cwe kaya gini. Ngomel terooouus hahaha. Gue sih mesam-mesem aja liat ni wanita karir.
Setelah sekitar 1,5 jam, kami akhirnya sampe di Islamic dan kemudian turun. Gue berpikir, ternyata nasihat itu bener. Apapun, susah, sedih, senang, itu tergantung pikiran kita. Gue gak menampik kalo gue juga kegerahan dan keringetan. Tetapi seenggaknya, gak terlalu kegerahan lah. hehehe. Eh, atau malah cara lucu (menurut gue) wanita karir itu sebenernya, yang bikin gue lupa sama rasa gerah? hahaha.
Sekitar tiga minggu lalu, waktu gue mau pulang dari Slipi ke Tangerang, seperti biasa, gue menunggu omprengan atau bus di depan Slipi Jaya. Gue yang saat itu cukup berkeringat karena abis jalan dari rumah nenek di belakang Peninsula ke Slipi Jaya, ngeliat mobil omprengan lewat. Teeees, sebuah Gr**d M*X (GM) (tadinya mau ditulis langsung, tapi takut kena UU ITE) lewat dan gue sebetulnya gak mau naek ini mobil sebab angin dari AC ni mobil cuma nyampe kursi depan aja. Apa boleh dikata, karena udah malem, yaudahlah kita mandi sauna aja sampe Tangerang.
Jreg, pintu paling belakang mobil itu pun gue buka, di dalam baru ada enam orang (supir gak diitung) dan gue pun naik. Singkat cerita, roman-roman kaga enak pun dimulai, nih mobil sebenernya udah penuh tapi si sopir asem juga, dia masih aja kekeuh kalo mobilnya masih muat untuk satu orang lagi. Setelah dibujuk calo, si sopir akhirnya jalan. Pintu pun ditutup bersamaan dengan mulainya kami penumpang belakang untuk mandi sauna.
1 menit 10 menit 30 menit, para penumpang khususnya yang duduk dibagian belakang mulai merasakan kegerahan termasuk gue. Wanita karier (tsah) yang duduk berhadap-hadapan dengan gue adalah yang paling mencolok ekspresi kegerahannya. Haha. Dia mulai nyerocos yang,hmm gue pikir sih bisa didengar sama si supir. Tapi yah paling si supir mah bodo. Mau naek sukur, gak yaudah.
Di lain sisi, gue sebetulnya kegerahan juga. Tapi gue inget salah satu nasihat yang gue dapet dari twitter. Kondisi apapun, sedih,senang, marah, itu tergantung kita untuk milih yang mana, kira-kira begitu nasihatnya. Gue coba mempraktekkan itu dengan menstimulasi pikiran gue untuk gak terlalu risau dengan rasa gerah itu. Gue coba cari hiburan dengan menatap si wanita karir ini. Dia dengan kondisi kegerahannya, lumayan menghibur. :p
Dengan pakaian kantor, wajar sih sebenernya kalau dia kegerahan. Cuma ekspresinya itu, haha. Hampir sepanjang tol Jakarta-Tangerang dia ngedumel. Sesekali, dia nelpon pacarnya (dugaan gue sih) untuk minta jemput. Dan entah kenapa, dia juga ngomel-ngomel ke yang ditelpon. Wah kalau seandainya emang pacar, stres juga kali ini cowonya punya cwe kaya gini. Ngomel terooouus hahaha. Gue sih mesam-mesem aja liat ni wanita karir.
Setelah sekitar 1,5 jam, kami akhirnya sampe di Islamic dan kemudian turun. Gue berpikir, ternyata nasihat itu bener. Apapun, susah, sedih, senang, itu tergantung pikiran kita. Gue gak menampik kalo gue juga kegerahan dan keringetan. Tetapi seenggaknya, gak terlalu kegerahan lah. hehehe. Eh, atau malah cara lucu (menurut gue) wanita karir itu sebenernya, yang bikin gue lupa sama rasa gerah? hahaha.
Subscribe to:
Posts (Atom)