Kemarin malam pukul 22.00, saya sudah bersiap untuk pulang dari tempat biasa saya liputan, Gelora Bung Karno. Sebenarnya, saya agak ragu untuk pulang kerumah malam itu karena jarak yang lumayan jauh dan angin yang bisa saja membawa penyakit. Tetapi, saya memutuskan untuk tetap pulang. Motor pun saya nyalakan.
Dijalan, entah kenapa saya merasa Allah sudah memberikan tanda-tanda yang seolah berbicara, sudah jangan pulang saja, nginap di rumah teman saja. Motor-motor yang lewat sembarangan, membuat saya was-was. Tetapi saya bersikeras ingin pulang dan bertekad untuk hati-hati di jalan.
Sampai di daerah Kemanggisan, tanda itu terasa benar. Saya menabrak mobil yang tiba-tiba berhenti mendadak. Saya terjatuh. Namun, Alhamduillah, hanya luka kecil yang saya dapat plus angin semeriwing yang menerobos masuk dari celana saya yang robek :). Mobil yang saya tabrak? entah kabur kemana. Mungkin dia takut, dihakimi orang-orang sekitar yang memang menilai, mobil itu yang salah dan bukan saya.
Setelah dibantu orang-orang sekitar untuk bangun, saya pun melanjutkan perjalanan. 20 menit berjalan, saya tiba di daerah Meruya yang masih macet. Saat itu sekitar pukul 11.00 malam. Saya kesal kenapa masih macet saja. Tiba-tiba, Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Ada seseorang yang juga mengalami kecelakaan. Macet yang saya alami rupanya karena mayat orang itu yang masih tergeletak dijalan dan ditutup koran.
Di sisa perjalanan, saya berpikir namun bukan bermaksud jahat. Entah kenapa saya bersyukur saya bukan orang itu dan saya masih diberi kesempatan untuk meneruskan perjalanan dan menemui orang-orang rumah.
Ya Allah, panggilan pulangMu sungguh tak akan pernah tertukar. Andai saya orang itu. Mungkin orang itu yang akan menulis tulisan ini. Bukan saya.
No comments:
Post a Comment