Thursday, November 28, 2013

Puisi nemu di Youtube

Yang mencintai keindahan gunung-gunung yang mencintai kebebasan dan keleluasaan yang mencintai udara segar yang mencintai bumi mereka pergi ke puncak gunung-gunung mereka tengadah dan berkata di sanalah SOE HOK GIE & IDHAN LUBIS pergi ke pangkuan bintang-bintang sementara bunga-bunga di negeri ini tersebar sekali lagi sementara sapu tangan menahan tangis sementara desember menebar gerimis

Saturday, November 23, 2013

Pelangi Kehidupan

Rabu 20 November 2013 secara tumben-tumbenan, saat ngumpul kali ini, gue dan dua temen gue, Hadi dan Owi ngambil tempat di Masjid Universitas Indonesia (MUI) haha. Biasanya, kami bareng temen-temen yang lain itu ngumpul ya kalo gak di Kantin Sastra (Kansas) ya di ruang Dewan
Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) FIB UI, dan Alo -tempat makan langganan kami-.

Hmmm mungkin karena atmosfer MUI kali ya, setelah ngobrol berbagai hal, Hadi tiba-tiba ngomong soal pelangi kehidupan. Istilah dan cerita ini didapat Hadi dari Almarhum Ust. Zainudin MZ. Ini cerita pendek banget soal pelangi kehidupan itu kayak yang dibilang Hadi.

Suatu ketika, ada seseorang dengan kemampuan ekonomi dan latar pendidikan yang mapan mengendarai mobil Mercedez Benz dan melihat seorang tukang becak dipinggir jalan yang sedang santai menunggu penumpang. Dalam hati, si pengendara Mercy ini bilang. "Enak ya jadi tukang becak, hidupnya santai, gak ngurusin ini-itu," ujar si pengendara.

Di lain sisi, si tukang becak dengan kemampuan ekonomi pas-pasan, pendidikan yang sepertinya tidak terlalu tinggi, melihat ke arah si pengendara mobil Mercy. Si tukang becak pun bergumam juga dalam hati. "Enak ya jadi yang naik mobil, adem. Pasti hidupnya enak," gumam si tukang becak.

Itu ceritanya (pendek ya? haha tapi emang begitu doang yang diceritain, but size doesn't matter, right?)

Nah, menurut Hadi, pelangi kehidupan dalam cerita ini adalah sudut pandang dan bagaimana kita bersyukur. Yah, pas dia bilang begitu sih, gue sama Owi ya manut-manut aja. Tumben nih orang ngomongnya bener, hahahaha.

Tetapi emang bener sih, kita pasti pernah denger istilah, rumput tetangga lebih hijau, which means kita sebagai manusia cenderung memandang apa yang dimiliki orang lain lebih berkualitas, atau lebih mengenakkan daripada apa yang kita miliki.

Padahal, itu semua belum tentu. Bisa aja lebih hijau tapi rumput sintetis, bisa aja lebih hijau tapi pake pewarna kimia berbahaya. Ya kan, who knows?

Poin yang didapet dari cerita ini menurut gue adalah bagaimana kita bersyukur dan mulai untuk tidak membandingkan diri kita dengan orang lain. Yuk!



Saturday, November 16, 2013

Italia, the silent killer



“Ah ngapain jagoin Italia, mending Brasil atau gak Prancis,” itu kata-kata temen gue ketika SMA saat ngobrol soal siapa juara Piala Dunia 2006. Ya, banyak temen-temen gue yang saat itu ‘meremehkan’ Italia untuk jadi juara. Apalagi, sebelum PD 2006, sepakbola Italia diguncang skandal calciopoli. Tetapi cibiran tinggal cibiran, toh sekarang tercatat Italia, juara PD 2006.

Alasan gue menamakan Italia the silent killer adalah karena disetiap turnamen dunia, tim yang saat ini diasuh Cesare Prandelli itu hampir gak pernah jadi favorit-favorit banget dibanding Brasil, Jerman, atau Spanyol. Udah gitu, dibanding ketiga tim tadi, permainan Italia emang gak istimewa-istimewa banget lah, gak ada tiki-taka atau jogo bonito. Italia juga jarang menang dengan cetak banyak gol disatu pertandingan.

Tuttavia, l'Italia ancora Italia, signor (google translate :p), Italia tetap setia dengan permainan kunci gerendel cenderung lamban yang belakangan berubah pola jadi 3-5-2. Hasilnya? Empat kali juara dunia (terbanyak kedua setelah Brasil, terbanyak pertama diantara negara Eropa), satu kali juara Eropa, dua kali runner up PD dan Piala Eropa.

Alasan kedua adalah dari para pemain Italia. Menurut gue para pemain Italia ini gak kayak para pemain dari negara lain yang bintang-bintang banget. Mereka pemain ‘biasa’ tapi ketika main, hmmmm Gue mengibaratkan gini, pelan, pelan, pelan tau-tau menang aja Hahaha.

Terakhir adalah permainan Italia itu sendiri yang cenderung lamban. Entah kenapa gue merasa itu jadi semacam panutan. Gue ingin seperti Italia, slow but sure,  ‘bukan’ tim hebat tapi menghanyutkan. Gak banyak bicara tetapi prestasi ada dan rendah hati.

Itulah kira-kira alasan kenapa gue suka sekali timnas Italia, hehe. Ada yang sepaham?

Semoga, di PD 2014 nanti, Italia bisa mematahkan siklus 12 tahun mereka dengan jadi juara dunia untuk yang kelima kalinya. Aaamiiin.

“The great quality of this team is that
they are always able to give their best,”
-Cesare Prandelli-

Sunday, November 10, 2013

Sajak hari pahlawan

Di perempatan jalan di malam itu di Jakarta
Aku lihat seorang kakek, duduk meminta-minta
Kakek ini mungkin ikut berjuang dulu
bertelanjang dada membawa bambu runcing
di garda terdepan melawan penjajah Belanda.

Tapi apa daya kek, kini Indonesia sudah merdeka, kata mereka.
Masalah nasibmu kau urus sendiri
Sebab sejarah hanya mencatat para komandan, jenderal, dan para atasan
Pion sepertimu....
Ah yasudah
Mungkin itu sebabnya. Kini banyak orang mau jadi presiden, atau katakanlah pejabat
Yang penting tercatat di sejarah, masalah kontribusi urusan nanti.

Pantang kita meminta
Sebab kata mantan presiden Amerika yang kulupa namanya
Jangan tanyakan apa yang telah negara berikan kepadamu. Tapi tanyakan apa yang kau telah berikan kepada negaramu

Selamat hari Pahlawan.

Thursday, September 26, 2013

Setangkai doa di subuh itu

Di subuh itu
aku lihat ibu
khusyuk mendekapkan tangan
Berdoa
agar harga tempe, tahu, telur, ayam
dan beras tak mahal lagi

Di subuh itu,
aku lihat bapak
fasih merapalkan dzikir
Berdoa
agar aku dan adik bisa terus sekolah
ditengah himpitan ekonomi.

Di subuh itu
Aku lihat kakak
Tertunduk lama dalam sujudnya
Berdoa
Agar esok dia sudah bekerja
ditengah jutaan pencari kerja yang menganggur

Di subuh itu
Aku berdoa

"Wahai Presiden, Wakil Presiden, Menteri, dan para pejabat terhormat
Maukah kalian, berhenti jadi penipu, berubah jadi tangan Tuhan, untuk merangkul doa-doa keluargaku?"

Thursday, September 5, 2013

Pada sebuah percakapan

Malam itu, di Jakarta kita
Mobil-motor berkeliaran buat udara jadi sesak
Sementara nyala lampu merah dan kuning,
bergantian menyilaukan mata

Di pinggir jalan di sebuah riuhnya warung makan
Kita duduk berpandangan
Terlibat dalam sebuah percakapan
Aku menjelma jadi bumi. Sabar.
Menanti engkau yang cantik menjelma jadi segala

Wangi makanan yang kita pesan
dan penyanyi jalanan
menjeda disetiap senyum simpulmu yang manis
dan kata-kata yang perlahan kau rajut jadi cerita

Sejenak kita berhenti
menyuap makanan
yang mungkin tak lagi hangat sejak tadi

"Akankah ada lagi malam ini," gumam si bumi
Dari kejauhan, sang waktu lamat-lamat mengakhiri kesenangan si bumi,
menyelinap dan berbisik dalam kata

Pulang

Friday, August 23, 2013

Kepada Sang Penyair

Pertama kali mengenalmu adalah Aku Ingin
Kukira itu puisi cinta, tak tahunya tentang patah hati, benarkah begitu?
Sejak saat itu kau seolah menjadi candu
Menghiasi pesan-pesan, ataupun kata-kata yang aku tuliskan
Yang kedua adalah Hujan Bulan Juni
Sedang ketiga adalah Sajak Kecil Tentang Cinta

"Mencintai cakrawala harus menebas jarak
MencintaiMu harus menjelma aku"


Terus dan terus


"Yang fana adalah waktu. Kita abadi:"

Kesederhaan kata-katamu adalah satu keluarbiasaan tersendiri
Sederhana tapi membuatku menerka-nerka makna
Ah, kadang kita tak perlu repot toh
cukup menikmati saja

Maaf jika ini adalah suatu bentuk kekurang ajaran
atas syair-syairmu
Sebab aku tak tahu lagi
jalan menganggumimu
selain puisi.

Tuesday, August 20, 2013

Boen Tek Bio, Satu Gerbang Sejarah Kota Tangerang

Sekilas, tidak ada yang berbeda dari Pasar Lama di Kota Tangerang dengan pasar-pasar tradisional lainnya: kesibukan para pedagang yang bernegosiasi dengan para pembeli, berpadu padan dengan lalu-lalang kendaraan yang tersendat karena macet.

Tetapi di antara riuh dan klisenya pemandangan Pasar Lama, ada bangunan yang menjadi salah satu pintu sejarah Tangerang. Terhimpit di gang sempit, di antara rumah-rumah tua dan aktivitas pasar, tepatnya di Jalan Bhakti No. 14, klenteng Boen Tek Bio masih tegap berdiri kendati usianya sudah 300 tahun lebih. Boen Tek Bio, adalah klenteng tertua di Tangerang.

Saya mengunjungi klenteng yang diperkirakan dibangun pada 1684 itu tiga tahun lalu. Bau Hio yang menyengat dari orang-orang yang khusyu bersembahyang, lalu-lalang para pengunjung, dan patung singa (Cioh Sai) adalah bagian dari Boen Tek Bio yang pertama kali menyambut saya saat itu. 

Beberapa orang tua sedang duduk di sisi kiri klenteng di bawah sebuah bangunan yang saya perkirakan sebuah pos. Mereka mengobrol sambil asyik mendengarkan lantuntan lagu berbahasa Tiongkok.

Di depan klenteng, sejumlah pedagang sibuk menjajakan kuliner khas Tangerang, yang sebagian besar kuliner perakanakan Tiongkok antara lain dodol Cina dan Laksa.Kesemua itu membuat sebutan Pecinaan-nya Tangerang yang tersemat pada daerah Pasar Lama tepat.

***
Oey Tjin Eng sedang berada di dalam klenteng ketika saya masuk. Dia adalah rujukan bagi siapapun yang ingin bertanya soal sejarah Boen Tek Bio. Saya menemui Oey setelah mendapat informasi dari orang-orang yang saya temui tadi di pintu masuk.

Oey menjelaskan, pembangunan klenteng tidak bisa dilepaskan dari sejarah kedatangan orang Tionghoa ke Tangerang yang terbagi menjadi dua gelombang.

Gelombang pertama tercatat dalam sebuah kitab sejarah Sunda bernama Tina Layang Parahyang (Catatan dari Parahyangan). Dikisahkan, rombongan Tjan Tjie Lung (Halung) yang hendak pergi ke Jayakarta terdampar dan mengalami kerusakan perahu di Teluk Naga tepatnya di muara sungai Cisadane tahun 1407.

"Rombongan itu semula ingin ke Jayakarta. Namun terdampar dan kapal mereka juga rusak. Di saat yang sama, mereka membawa sembilan orang gadis cantik yang akhirnya disunting oleh prajurit Sanghyang Anggalarang dengan kompensasi sebidang tanah," ujar Oey.Sementara itu, para laki-laki dalam rombongan itu akhirnya menikah dengan penduduk setempat dan memunculkan istilah peranakan Tionghoa. Oey lebih suka menyebutnya sebagai integrasi.

Selanjutnya tutur Oey, peranakan ini kemudian membuka lahan baru di Desa Pangkalan, Teluk Naga. Di sana, mereka mengaku sebagai Tang Lang atau Tang Ren yang berarti orang dinasti Tang.

Saya kemudian berkata kepada Oey mungkin dari sini lah asal usul nama Tangerang.

"Mungkin saja, namun itu butuh penelitian lebih lanjut," kata Oey.

Dari Desa Pangkalan, mereka kemudian membuka lahan di daerah Pasar Lama, Pasar Baru dan Serpong. Oey melihat hal ini dari adanya tiga klenteng tertua di daerah tersebut. "Klenteng-klenteng itu adalah Boen Tek Bio di Pasar Lama, Boen San Bio di Pasar Baru, dan Boen Hay Bio di daerah Serpong," kata Oey.

Dirinya juga mengungkapkan, pada tahun 1513 menurut sejarawan asal Portugis, Tom Pires, sudah ada komunitas Tionghoa di Tangerang, jauh sebelum Belanda datang. Ketiga klenteng ini kata Oey memiliki makna, kebajikannya setinggi gunung dan seluas lautan.

Ahli Sinologi dari Universitas Indonesia, Agni Malagina seperti dikutip Kompas.com dari Majalah National Geographic Indonesia punya penjelasan soal tiga klenteng ini. Menurutnya, pembangunan ketiga klenteng ini tak terlepas dari ilmu fengshui.

"Tiga klenteng itu membentuk satu garis lurus," katanya. "Saya sudah membuktikannya."Jika tiga klenteng—Boen San Bio, Boen Tek Bio, Boen Hay Bio—dihubungkan dengan garis imajiner, terbentuklah satu garis lurus yang rentang jaraknya sekitar 16 kilometer.

"Boen San Bio melambangkan gunung, Boen Hay Bio melambangkan laut," ujarnya. "Nah, [di tengah-tengah] Boen Tek Bio adalah naganya."

Gelombang kedua kedatangan masyarakat Tionghoa ke Tangerang terjadi pada tahun 1740. Saat itu, di bawah pimpinan Gubernur Jendral Adrian Valckenier, berlangsung pembantaian terhadap warga Tionghoa yang berada di Batavia. Akibat pembantaian itu, warga Tionghoa melarikan diri ke beberapa daerah termasuk daerah Tangerang diantaranya ke Pondok Cabe, Pondok Jagung, Pondok Aren, Pondok Pinang dan disekitar Tegal Pasir yang kini bernama Kali Pasir.

Bukti sejarah ini kata Oey, meluruskan beberapa pandangan masyarakat yang menganggap warga Tiong Hoa adalah warga pendatang di Tangerang. “Yang membuka lahan di Tangerang ini sebenarnya orang-orang Tionghoa juga. Kan awalnya dari kapal Tjan Tjie Lung itu,” papar pria yang sudah 12 tahun menjadi pengurus klenteng Boen Tek Bio.

***

Boen berarti intelektual, Tek berarti kebajikan, dan Bio berarti klenteng kata Oey menerangkan soal arti nama Boen Tek Bio. Dalam sejarahnya, klenteng ini beberapa kali mengalami perbaikan. Perbaikan pertama terjadi pada tahun 1844. Saat itu, ruang tengah klenteng yang mendapat giliran. Selanjutnya, perbaikan kembali dilakukan, kali ini pada bagian kiri dan kanan klenteng. yang berlangsung pada tahun 1975. Dan terakhir, di tahun 1904, perbaikan dilakukan pada bagian depan klenteng.

“Perbaikan itu mendatangkan langsung ahli dari Tiongkok, dan sewaktu perbaikan, barang-barang seperti patung dipindahkan ke Boen San Bio. Di tahun 1856 juga sempat diadakan arak-arakan Toe Pek Kong yang pertama di Tangerang. Tujuannya untuk menolak bala dan agar warga Tangerang selalu sejahtera,” ujar Oey.

Warna merah sangat mendominasi klenteng. Itu memang sudah menjadi ciri khas klenteng sejak dari dulu. Selain warna merah, warna lain yang selalu digunakan dalam kelenteng adalah warna putih, hitam kuning, dan hijau. “Kalau tidak ada hijau, biru juga bisa,”  ujar Oey.

Ada semacam tata cara bagi para pengunjung yang untuk menelusuri klenteng ini.

Pengunjung yang akan beribadah, harus masuk melalui pintu yang bernama Pintu Kesusilaan sebelum akhirnya keluar melalui Pintu Kebenaran. Penerapan seperti ini bukan tanpa makna apapun. “Seseorang yang mengerti akan makna kesusilaan baru mengerti jalan kebenaran,” kata pria yang sudah 12 tahun menjadi pengurus kelenteng Boen Tek Bio.

“Setiap klenteng selalu memiliki tuan rumah. Dewi Kwan Im adalah tuan rumah di sini,” Oey menjelaskan. Maksud dari adanya patung Dewi Kwan Im di sini adalah agar umat yang datang beribadah ke Boen Tek Bio, bisa mengambil contoh dari perilaku dewi yang terkenal dengan sebutan dewi welas asih itu.

“Kalau ada yang menyebut kami menyembah berhala, sebenarnya keliru. Itu hanya simbolis bagaimana kita bisa seperti dia. Seperti di gereja, ada Yesus Kristus dan tanda salib. Mereka kan  orang-orang yang pernah berjasa kepada umat manusia,” kata Oey menerangkan. 

Selain patung Dewi Kwan Im, banyak sekali benda-benda tua di kelenteng Boen Tek Bio.  Salah satunya adalah sebuah genta atau lonceng besar yang dibuat di Tiongkok oleh perusahaan pengecoran Ban Coan Lou pada tahun ke-15 periode To Kong It Bi (1835). Di badan lonceng ini terdapat tulisan hong tiau I sun kok thai bin an yang memiliki arti, semoga cuaca baik dan menguntungkan bagi tanaman di sawah ladang, semoga negara damai dan sejahtera. Di halaman depan kelenteng terdapat Thian Shin Lou atau Thian Gong Lou yang disumbangkan oleh Oei Goat Hoa pada tahun ke-19 periode To Kong Ki Hai (1839). Benda ini berfungsi sebagai tempat menancapkan hio untuk Tuhan Yang Maha Esa.

Sayangnya, meski sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, perhatian pemerintah setempat dinilai masih minim.

“Kita swadaya mengelola kelenteng ini,” kata Oey.

Puas mendapat informasi soal klenteng ini, saya berpamitan kepada Oey. Sebelum itu, Oey memberikan saya buku soal Boen Tek Bio. 

Berkaca pada apa yang disampaikan Oey, Boen Tek Bio bisa jadi salah satu gerbang untuk masuk ke sejarah Kota Tangerang. Kota yang kini menjadi salah satu kota satelit penyangga ibukota Jakarta. Kota yang kini ramai dengan para penduduk dari berbagai macam ras, suku, dan agama. Yang hidup dengan statusnya sebagai Kota Industri.


Wednesday, July 10, 2013

Kutipan pesepakbola Muslim

Tetiba ingin buat ini ketika lihat artikel pesepak bola muslim di Eropa. Ini beberapa kutipan ucapan mereka yang mungkin bisa menginspirasi.

"Maaf, aku tidak minum alkohol. Aku Muslim," - Yaya Toure saat perayaan juara EPL Manchester City dua musim lalu-

"Manajer selalu tak senang dengan kondisi ini (bulan Ramadan). Tetapi, aku berkata, 'Dengarkan, aku akan tetap melaksanakannya. Bila performa  bagus, aku akan tetap bermain. Tetapi bila menurun, silakan singkirkan aku ke bangku cadangan'," -Demba Ba (Chelsea)

Ini yang paling luar biasa menurut saya

"Agamaku adalah hal terpenting dalam hidup ini. Ya, Islam jauh lebih penting dari sepak bola sekalipun," -Demba Ba-

Sumber: duniasoccer

Suatu waktu di Jakarta

Malam itu, Jakarta diguyur hujan deras
Hampir semua orang mengeluh
Kulihat
Seorang bocah, duduk di pinggir halte
memegang ukulele yang senarnya dari karet

Tak mengerti pikiran orang lain
Yang ia tahu,
Besok aku harus makan
Soal mengeluh, belakangan saja

Aku seperti mendengarnya berkata

Jangan menangisiku kawan
Sebab aku pun tidak menangisi nasib
Tuhan telah menciptakanku dengan dua tangan
untuk memegang ukulele ini
mencari uang


Dia mengajariku kehidupan




Thursday, July 4, 2013

Ajal yang gak akan pernah tertukar

Kejadian ini saya alami kemarin malam. Mungkin, banyak dari kalian mengalami hal yang sama.

Kemarin malam pukul 22.00, saya sudah bersiap untuk pulang dari tempat biasa saya liputan, Gelora Bung Karno. Sebenarnya, saya agak ragu untuk pulang kerumah malam itu karena jarak yang lumayan jauh dan angin yang bisa saja membawa penyakit. Tetapi, saya memutuskan untuk tetap pulang. Motor pun saya nyalakan.

Dijalan, entah kenapa saya merasa Allah sudah memberikan tanda-tanda yang seolah berbicara, sudah jangan pulang saja, nginap di rumah teman saja. Motor-motor yang lewat sembarangan, membuat saya was-was. Tetapi saya bersikeras ingin pulang dan bertekad untuk hati-hati di jalan.

Sampai di daerah Kemanggisan, tanda itu terasa benar. Saya menabrak mobil yang tiba-tiba berhenti mendadak. Saya terjatuh. Namun, Alhamduillah, hanya luka kecil yang saya dapat plus angin semeriwing yang menerobos masuk dari celana saya yang robek :). Mobil yang saya tabrak? entah kabur kemana. Mungkin dia takut, dihakimi orang-orang sekitar yang memang menilai, mobil itu yang salah dan bukan saya.

Setelah dibantu orang-orang sekitar untuk bangun, saya pun melanjutkan perjalanan. 20 menit berjalan, saya tiba di daerah Meruya yang masih macet. Saat itu sekitar pukul 11.00 malam. Saya kesal kenapa masih macet saja. Tiba-tiba, Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Ada seseorang yang juga mengalami kecelakaan. Macet yang saya alami rupanya karena mayat orang itu yang masih tergeletak dijalan dan ditutup koran.

Di sisa perjalanan, saya berpikir namun bukan bermaksud jahat. Entah kenapa saya bersyukur saya bukan orang itu dan saya masih diberi kesempatan untuk meneruskan perjalanan dan menemui orang-orang rumah.

Ya Allah, panggilan pulangMu sungguh tak akan pernah tertukar. Andai saya orang itu. Mungkin orang itu yang akan menulis tulisan ini. Bukan saya.







Monday, July 1, 2013

GM dan kekuatan pikiran

Sebenernya, tulisan ini udah mau gue upload dari lama. Tapi baru sekarang kesempatan itu datang.

Sekitar  tiga minggu lalu, waktu gue mau pulang dari Slipi ke Tangerang, seperti biasa, gue menunggu omprengan atau bus di depan Slipi Jaya. Gue yang saat itu cukup berkeringat karena abis jalan dari rumah nenek di belakang Peninsula ke Slipi Jaya, ngeliat mobil omprengan lewat. Teeees, sebuah Gr**d M*X (GM) (tadinya mau ditulis langsung, tapi takut kena UU ITE) lewat dan gue sebetulnya gak mau naek ini mobil sebab angin dari AC ni mobil cuma nyampe kursi depan aja. Apa boleh dikata, karena udah malem, yaudahlah kita mandi sauna aja sampe Tangerang.

Jreg, pintu paling belakang mobil itu pun gue buka, di dalam baru ada enam orang (supir gak diitung) dan gue pun naik. Singkat cerita, roman-roman kaga enak pun dimulai, nih mobil sebenernya udah penuh tapi si sopir asem juga, dia masih aja kekeuh kalo mobilnya masih muat untuk satu orang lagi. Setelah dibujuk calo, si sopir akhirnya jalan. Pintu pun ditutup bersamaan dengan mulainya kami penumpang belakang untuk mandi sauna.

1 menit 10 menit 30 menit, para penumpang khususnya yang duduk dibagian belakang mulai merasakan kegerahan termasuk gue. Wanita karier (tsah) yang duduk berhadap-hadapan dengan gue adalah yang paling mencolok ekspresi kegerahannya. Haha. Dia mulai nyerocos yang,hmm gue pikir sih bisa didengar sama si supir. Tapi yah paling si supir mah bodo. Mau naek sukur, gak yaudah.

Di lain sisi, gue sebetulnya kegerahan juga. Tapi gue inget salah satu nasihat yang gue dapet dari twitter. Kondisi apapun, sedih,senang, marah, itu tergantung kita untuk milih yang mana, kira-kira begitu nasihatnya. Gue coba mempraktekkan itu dengan menstimulasi pikiran gue untuk gak terlalu risau dengan rasa gerah itu. Gue coba cari hiburan dengan menatap si wanita karir ini. Dia dengan kondisi kegerahannya, lumayan menghibur. :p

Dengan pakaian kantor, wajar sih sebenernya kalau dia kegerahan. Cuma ekspresinya itu, haha. Hampir sepanjang tol Jakarta-Tangerang dia ngedumel. Sesekali, dia nelpon pacarnya (dugaan gue sih) untuk minta jemput. Dan entah kenapa, dia juga ngomel-ngomel ke yang ditelpon. Wah kalau seandainya emang pacar, stres juga kali ini cowonya punya cwe kaya gini. Ngomel terooouus hahaha. Gue sih mesam-mesem aja liat ni wanita karir.

Setelah sekitar 1,5 jam, kami akhirnya sampe di Islamic dan kemudian turun. Gue berpikir, ternyata nasihat itu bener. Apapun, susah, sedih, senang, itu tergantung pikiran kita. Gue gak menampik kalo gue juga kegerahan dan keringetan. Tetapi seenggaknya, gak terlalu kegerahan lah. hehehe. Eh, atau malah cara lucu (menurut gue) wanita karir itu sebenernya, yang bikin gue lupa sama rasa gerah? hahaha.

Monday, June 3, 2013

Indonesia, Malaysia, Singapura, melihat sepakbola dari web asosiasinya

Kira-kira dua hari yang lalu di kantor, editor mulai rewel dengan meminta saya menyetor berita lebih banyak. Sejenak, saya dongkol juga, karena dilapangan (PSSI) sepi berita dan isu. Tetapi, apa boleh buat, toh sudah tugas kantor. Pulang dari kantor, saya pun iseng membuka web PSSI untuk mencari isu. 

Berawal dari tab sepakbola wanita yang kosong melompong di web itu, saya pun berinisiatif untuk mengangkat isu perkembangan sepakbola wanita di Indonesia. Sebagai pembanding, saya pun membuka website asosiasi  sepakbola Malaysia (FAM) dan Singapura (FAS) untuk mencari perkembangan sepakbola wanita disana. 

Dari sekedar ingin tahu soal sepakbola wanita, tiba-tiba pikiran saya beralih ke perbandingan desain dan konten tiga web asosiasi tersebut.

Perpaduan warna kuning, putih dan rumput lapangan pada bagian background membuat web Football Association of Malaysia  (FAM) terkesan sederhana. Namun, jangan soal tata letak dan konten yang ditata rapih. FAM sepertinya ingin orang yang melihat 'pintu rumahnya' terkesan. 

Deretan logo official partner Liga Malaysia, dan Tim Nasional pada bagian bawah web sudah cukup berbicara, betapa mereka menata sepakbola dengan sungguh-sungguh. Hanya, saya tidak menemukan konten soal sepakbola wanita yang saya cari. Hanya ada nama pengurusnya saja.

Beralih ke web Football Associaton of Singapore (FAS), kombinasi warna merah marun dan putih pada bagian background akan menjumpai siapa saja yang berkunjung. Tetapi, warna itu akan berubah menjadi biru jika kita mengklik tab tertentu pada web itu. Serupa dengan FAM, FAS juga mengesankan mereka sungguh-sungguh membangun sepakbola. 

Hal tersebut bisa dilihat dari slogan Shaping the future of Singapore football yang terpampang jika kita klik tab National Team. Belum lagi logo sponsor yang juga terpampang pada bagian bawah web. Saya pun juga menjumpai FAS memiliki tiga kompetisi untuk sepakbola wanita di Singapura. Ah ketemu juga akhirnya.

Yah, setelah 'pergi ke rumah orang', kita pun harus pulang juga meski rumah kita reot. 

Jujur, kondisi web PSSI sungguh memprihatinkan. Warna biru yang gelap dan desain yang terkesan statis, seolah-olah mencermikan prestasi sepakbola nasional yang jalan ditempat. Hanya ada sejumlah berita yang tercatat masih bisa dibliang terkini. Sayangnya lebih banyak konten di web tersebut sudah lama. 

Keenam anggota komite eksekutif yang telah dipecat yakni (Farid Rahman, Mawardi Nurdin, Tuti Dau, Bob Hippy, Sihar Sitorus, dan Widodo Santoso) masih terpampang sebagai pengurus. Foto konferensi pers Luis Manuel Blanco sebagai pelatih Tim Nasional Senior, masih terpampang sebagai headline. Padahal, sosok pelatih asal Argentina itu sudah tidak jelas rimbanya usai dipecat. Belum lagi, tampilan peringkat 170 Indonesia di FIFA yang terpampang di sisi kanan web. Menyedihkan.

Tampaknya, sebelum menata sesuatu yang besar, kita harus menata yang kecil-kecil dulu. Sebab kalau yang kecil saja gagap menatanya, apalagi yang besar.

Website
FAM: www.fam.org.my
FAS: www.fas.org.sg
PSSI: www.pssi.or.id

Tuesday, May 28, 2013

Puisi itu..

Puisi paling bermakna itu tindakan
Puisi paling heroik itu perjuangan
Sedang
puisi paling cantik itu......



Kamu

Monday, May 27, 2013

Puisi kecil tentang puisi

Puisi adalah rasa rindu tanpa mengucapkannya
adalah cinta tanpa mengejanya

Biarkan angin menyeka tubuhmu
biarkan pula merahnya tanah lumuri kakimu
karena puisi lahir bukan dari kekakuan keharusan
melainkan kehalusan perasaan

Yang mau mengerti
bahwa hidup adalah teka-teki
keindahan




Friday, April 5, 2013

Lembah Ketenangan

Suatu ketika aku bermimpi
terbaring di lembah gunung
sembari menatap biru cerah langit

Aku ingin tuliskan semua dosa-dosaku di langit itu
biar dia menghitam, lalu kabut pegunungan datang menghapusnya
Kabut dari Sang Maha
yang mengembalikannya menjadi jernih

Lalu, kubiarkan angin yang berhembus
menyeka setiap inci kulitku
Kemudian aku pejamkan mataku
Ketenangan adalah harga mati kawan
Aku jarang mendapatkanya di hiruk pikuk kota
Kau harus coba kawan
pergi, ke lembah ketenangan



Tuesday, February 12, 2013

#Fiksi: Andai Rojak Anak Menteri



Pagi itu, Matahari masih malu-malu untuk pergi menyinari Bumi. Tapi Rojak sudah bersiap untuk pergi bekerja. Handuk putih dileher, kaos oblong, dan celana coklat 3/4, adalah ‘pakaian dinas’ Rojak sebagai supir angkot jurusan Kampung Tabung-Rawa Segitiga. 

Sudah 25 tahun lebih, Rojak menjalani profesinya, kemacetan kota sudah menjadi makanan sehari-hari. Sebagai lulusan SMP, memang tidak ada pekerjaan lain yang pas untuk Rojak. “Sarjana saja susah cari kerja, apalagi yang cuma lulusan SMP.” Keluh Rojak dalam hati. Namun Rojak tetap bersyukur, karena dia masih bisa menghidupi istri dan dua orang anaknya yang masih bersekolah dasar.

“Pergi dulu ya bu,” ucap Rojak kepada istrinya.

“Hati-hati bang, jangan macam-macam, ingat selalu sama Allah,” ucap istrinya dengan perasaan khawatir. Maklum saja, belakangan ini marak kasus kejahatan yang terjadi di angkutan umum. Istri Rojak khawatir, kalau-kalau suaminya menjadi korban fitnah bekerjasama dengan para penjahat yang kerap beraksi.

“Iya bu, Insyaallah aman-aman saja. Percayakan semua kepada Allah,” ujar Rojak dengan nada menenangkan.

Sembari menyeruput kopi yang masih tersisa, Rojak pamit dengan bekal cium tangan sang istri.

***
Jam sudah menunjukan waktu makan siang. Seperti biasa, Rojak beristirahat di warung makan yang terletak di samping Terminal Persegi. Bersama para supir angkot lain, Rojak asyik menyantap nasi, sayur asem, ikan asin, tempe, dan sambal yang menjadi menu favoritnya. Sambil makan, mata Rojak dan kawan-kawan sopir angkot lainnya menatap ke arah televisi butut kepunyaan Pak Parjo, si pemilik warung makan. 

“Pemirsa, anak Menteri Peternakan Bebek berinisial AR yang lalai saat mengemudikan mobilnya sehingga menyebabkan dua nyawa melayang, ternyata tidak ditahan pihak kepolisian. Pihak Kepolisian beralasan, sudah ada jaminan dari keluarga bahwa AR tidak akan kabur. Selain itu, AR diduga mengalami trauma psikologis atas kejadian yang menimpanya tersebut.” Ujar pembawa acara berita di televisi itu.

“Enaknyaaaa, jadi anak menteri,” kata Pulung, teman Rojak. Ucapan Pulung langsung disambut oleh riuh ramai supir lain yang juga menyaksikan berita tersebut.

Rojak sendiri seusai makan dan ikut ngobrol soal berita tersebut, segera pergi ke Musholla untuk menunaikan shalat zuhur. Empat rakaat dia tunaikan, tangan Rojak memanjatkan doa kepada Sang Maha Pemberi Rezeki, agar dirinya selalu dalam lindungan dan mampu menafkahi keluarganya.

Seusai berdoa, Rojak kembali ke rutinitasnya. Menarik angkot.

***
Di Pertigaan Rawa Segitiga, seorang penumpang wanita menaiki angkot Rojak. Di dalam angkot, penumpang yang tinggal seorang itu terus melihat ke arah luar, seperti orang sedang tersesat. Karena penasaran, Rojak pun akhirnya memutuskan bertanya.

“Mau kemana mba?” tanya Rojak.

“Saya mau ke Kampung Kubik bang,” jawab si wanita dengan keadaan cemas.

“Wah salah naik angkot kalau gitu mba.” Balas Rojak.

Merasa kasihan, Rojak pun memutuskan untuk mengantar si wanita itu untuk kembali ke terminal agar si wanita bisa menaiki angkot yang benar. Agar lebih cepat, Rojak memutuskan mengambil jalan pintas.

***
“Assalamualaikum , buuuu.” Terdengar Tuti dan Tono, dua anak Rojak baru saja pulang sehabis bermain di rumah tetangganya.

“Walaikumsalam, aduuh lama sekali mainnya, kan sudah jam tiga, harusnya sudah siap-siap untuk makan dan pergi mengaji. Ayo, langsung mandi sana.” Kata istri Rojak.

“Baik bu,” jawab Tuti dan Tono kompak.

Sembari menunggu anaknya selesai mandi, istri Rojak menyetel televisi 14 inc butut, persis seperti kepunyaan Pak Parjo,  untuk melihat berita terkini.
***
Air mata mengucur di pipi istri Rojak diiringi dengan perasaan tidak percaya melihat berita di televisi. Anak-anaknya yang baru saja selesai mandi dan bersiap pergi mengaju dirangkulnya. Dengan pasrah istri Rojak berucap.

“Ya Allah, kenapa Pak, apa ini benar?” ucap istri Rojak lirih.

Televisi memberitakan seorang penumpang tewas setelah melompat keluar dari angkutan kota yang dinaikinya. Penumpang yang berinisial DA itu melompat, karena takut dirinya menjadi korban pemerkosaan oleh si sopir. Dari penuturuan  sopir angkot yang beinisial R-J-K, dirinya sebenarnya ingin mengantarkan sang penumpang ke terminal, agar menaiki angkot yang benar. Namun ditengah jalan, penumpang itu tiba-tiba melompat keluar. Karena melihat penumpangnya terluka. R-J-K berhenti lalu membawa penumpang itu kerumah sakit. Namun sayang, setelah beberapa jam dirawat, penumpang itupun tewas.
Kini R-J-K mendekam di sel tahanan Polisi demi perkembangan penyidikan. Jika terbukti bersalah, R-J-K diancam hukuman penjara selama enam tahun.

***

Andai Rojak anak menteri,
tentu dia tidak akan menjadi supir angkot
Andai Rojak anak menteri,
bisa saja dia tidak di tahan dan tetap bebas.
Ah….…
Malang nian nasibmu Rojak
Dimana sang Themis berada?

Wednesday, January 30, 2013

Permohonan


Kalau nantinya aku harus mati dalam perjalanan mewujudkan mimpi, 
aku ikhlas, drpada mati dlm rutinitas kekayaan, tp aku tdk bahagia.
Semua makhluk pasti mati, hanya Kau yg abadi, 
yang beda, hanya bagaimana matinya, dan kemana akan pergi setelah mati. 
Benar kan?

Orang bijak pernah berkata kepada dunia: 
"Kalau hidup sekedar hidup, babi juga hidup, 
kalau kerja sekedar kerja, kera juga bekerja

Aku tak ingin jadi kera, apalagi jadi babi.
Yang membedakan manusia dengan binatang.
Manusia punya mimpi, yang barangkali harus dia wujudkan.
Oleh karena itu, terimalah, approve lah
Proposal ku, Yang Maha Mengabulkan Doa.

Thursday, January 24, 2013

Pertahanan Arsenal Harus Tiru Gaya Catenaccio?

Sudah dalam tiga pertandingan terakhir ini, Arsenal selalu tertinggal terlebih dahulu. Pertama saat menjamu Manchester City. Kedua saat bertandang ke kandang Chelsea dalam lanjutan Liga Primer Inggris. Dalam dua pertandingan itu, The Gunners harus tertinggal dua gol sebelum akhirnya harus mengakui keunggulan lawan mereka. Terakhir, saat menjamu West Ham tadi malam, Arsenal juga harus tertinggal satu gol terlebih dahulu sebelum akhirnya berhasil bangkit dan menang 5-1.

Arsenal seperti mesin diesel, begitu kata Wenger menyikapi performa anak asuhnya belakangan ini. Pada babak pertama, Jack Wilshere dkk seperti kehilangan jati diri permainan mereka, sehingga tidak jarang lawan berhasil mencetak gol terlebih dahulu sebelum akhirnya berhasil menemukan patron mereka di babak kedua.Sebagai fans The Gunners, saya pribadi merasa khawatir dengan performa ini. Syukur jika Arsenal bisa membalikkan keadaan. Tapi kalau tidak, kejadiannya bisa seperti saat melawan Man.City dan Chelsea.

Melihat kebelakang, gaya permainan ini mengingatkan saya dengan komentar salah seorang komentator pada gelaran Euro 2012 lalu saat tim nasional Italia berlaga.Waktu itu, sang komentator menyebut gaya main Gli Azzuri -julukan Italia- seperti mesin diesel yang telat panas. Atas dasar komentar tersebut, saya mencoba menganalogikannya dengan permainan Arsenal saat ini. Namun ada beberapa perbedaan antara kedua tim.

Sudah tidak asing lagi bahwa Italia kerap memiliki bek-bek tangguh di lini belakang mereka, sebut saja Fabio Cannavaro dan Giorgio Chiellini. Belum lagi mereka mempunyai penjaga gawang sekelas Gianluigi Buffon. Tidak hanya itu, gaya main pertahanan gerendel atau yang lebih dikenal dengan Catenaccio juga menjadi pembeda antara Italia dan Arsenal.Hal inilah yang membuat Italia kerap merasa 'nyaman' bermain seperti 'mesin diesel'.

The Gunners menurut saya, belum memiliki bek-bek tangguh dan penjaga gawang. Per Mertesacker dan Laurent Koscielny masih harus beradaptasi dengan gaya main cepat Liga Primer. Demikian dengan Wojciech Sczesny, penjaga gawang muda yang cukup potensial namun masih butuh banyak pengalaman. Dari segi permainan, Arsenal memiliki pembeda yang jelas dengan Italia yaitu main dengan umpan pendek dan cepat, yang kerap mereka praktekkan. Namun sayang, permainan indah ini tidak diimbangi dengan pertahanan yang kokoh.

Oleh karena itu, Arsenal sepertinya harus meniru gaya Catenaccio ala Italia. Bukan dalam artian keseluruhan permainan, melainkan dalam gaya bertahan mereka. Memang, mereka belum punya bek dan gelandang bertahan, atau kiper yang tangguh. Namun justru karena itulah, gaya bertahan Catenaccio menjadi penting apabila memang Arsenal ingin 'mempertahankan'  permainan seperti mesin diesel ini untuk mengarungi sisa musim. Lain hal kalau Wenger memang punya solusi lain. Dengan membeli bek, kiper, atau gelandang bertahan tangguh mungkin?

#(hanya) catatan seorang fans.